Judul : Summer in Seoul (Season Series #1)
Penulis: Ilana Tan
Cetakan Pertama, 2006
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 280 halaman 
ISBN: 978-602-0310-14-5








Jung Tae-Woo—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah empat tahun menghindari dunia showbiz.

"Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku," kata Jung Tae-Woo pada gadis di hadapannya.

Sandy alias Han Soon-Hee—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Jung Tae-Woo sejak awal, namun sedikit pun tidak terkesan.

Sandy mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata, "Baiklah, asalkan wajahku tidak terlihat."

Awalnya Jung Tae-Woo tidak curiga kenapa Sandy langsung menerima tawarannya. Sementara Sandy hanya bisa berharap ia tidak akan menyesali keputusannya terlibat dengan Jung Tae-Woo. Hari-hari musim panas sebagai "kekasih" Jung Tae-Woo dimulai. Perubahan rasa itu pun ada. Namun keduanya tidak menyadari kebenaran kisah empat tahun lalu sedang mengejar mereka.
Bagi saya, buku pertama Season Series ini 'kurang manis'. Kurang mengobrak-abrik perasaan. :P

Dari awal sampai akhir cerita tidak banyak hal yang mengejutkan dan terasa datar-datar saja. Kalau bisa dibilang, saya sudah menebak alur ceritanya jadi tidak banyak yang saya harapkan.

Meski bisa menebak alurnya, cerita ini masih bisa tetap dinikmati, kok. Buktinya, saya bisa menghabiskan buku ini tidak lebih dari tiga jam. Di bab-bab akhir kadang saya juga senyum-senyum sendiri karena tingkah Tae Woo yang ngegemesin.



Oke. Bisa disimpulkan kalau bagian yang paling saya suka dari buku ini adalah Jung Tae Woo-nya. Tingkahnya bener-bener ngegemesin dan bikin cewek-cewek meleleh. Selain itu, bumbu romansa dalam buku ini tidak lebay. *tapi ya tadi, kurang manis :P

Dari segi teknis, saya tidak menyangka, buku yang udah cetakan ke-23 ini masih ada typo. Di halaman ada kata "Suasama" yang seharusnya "Suasana".
Juga di halaman 257-258, kesalahan penulisan kata "oom" yang seharusnya "om" diulang-ulang.

Tapi, untuk cover, tetep bikin mata seger. Saya suka semua cover baru Season Series! :D


Berbeda dengan buku kedua Season Series yang saya beri 5 bintang, untuk Summer in Seoul ini saya hanya memberi ★★★☆☆.
Judul : Just So Stories (Sekadar Cerita)
Penulis: Rudyard Kipling
Cetakan Pertama, Januari 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 160 halaman 
ISBN: 978-979-2278-03-3








Just So Stories adalah kumpulan kisah pengantar tidur yang ditulis oleh Rudyard Kipling—penulis novel klasik legendaris The Jungle Book. Dalam kumpulan cerita pendek ini, kisah-kisah lucunya bukan sekadar cerita, tapi juga dihiasi ilustrasi goresan Staven Andersen yang memperkaya kisah-kisah fabel ini.

Walau ditulis lebih dari seratus tahun lalu, cerita-cerita dalam Just So Stories tak lekang oleh zaman karena dipadukan dengan mutiara kebijaksanaan. Di sini kita bisa membaca kisah kenapa unta berpunuk, bagaimana macan mendapat tutulnya, kenapa gajah punya belalai, bagaimana alfabet diciptakan, dll. Semua kisah ini akan membawa Anda menuju petualangan menembus waktu dan imajinasi pengarang peraih nobel sastra, Rudyard Kipling.

Buku ini bisa dibaca oleh semua umur dan terutama bisa menjadi hadiah indah bagi putra-putri tercinta untuk membuka wawasan imajinasi dan kecintaannya terhadap buku. 

Karena buku ini berisi fabel, dari awal saya memang bertujuan untuk memberikan buku ini pada adik saya (sekarang, 8 tahun). Tapi, setelah membaca 3 cerita di dalamnya. Saya jadi tahu kalau membiarkan adik saya membaca buku ini sendiri, dia akan kesulitan untuk mencerna kalimat-kalimatnya. Sungguh, banyak kalimat yang menurut saya 'berat' dan sulit dimengerti. Jadi saya memutuskan untuk selalu mendampingi adik saya saat membaca buku ini.


Terlepas dari hal itu, cerita yang disajikan dalam buku ini memang menarik, apalagi bagi anak-anak yang memang senang bertanya. Begitu pula ilustrasi yang ada di dalamnya.

Ini pertama kalinya saya membaca karya Rudyard Kipling, tapi saya cukup dibuat kagum olehnya. Saya rasa, Rudyard Kipling ini memiliki imajinasi yang tinggi sebab dapat memikirkan cerita-cerita yang sama sekali tidak terpikirkan. Apalagi tentang bagaimana alfabet diciptakan, pasti sulit membuat cerita seperti itu.



Secara keseluruhan, buku ini bisa dinikmati oleh anak-anak. Namun saran saya, sebaiknya didampingi agar makna yang ingin disampaikan penulis dapat tersampaikan.

★★★☆☆ untuk Sekadar Cerita ini!

Judul : Autumn in Paris (Season Series #2, Repackaged)
Penulis: Ilana Tan
Cetakan Pertama, July 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 264 halaman 
ISBN: 978-602-0310-21-3








Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup... sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.

Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya... juga mengubah dunianya.

Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa... arti tak berdaya... Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup....

Tiga jam Tujuh Belas Menit. Waktu yang lumayan singkat untuk menghabiskan buku ini. Selesai begitu cepat karena saya dibuat penasaran sejak membaca lembar pertamanya.

Buku ini adalah buku pertama dari Season series yang saya baca dan juga merupakan karya pertama Ilana Tan yang saya baca *Oke, kalian bisa menganggap saya katrok karena baru membaca karya penulis tersohor ini :P

Sudah sejak lama saya ingin membaca Season series yang begitu terkenal ini, namun baru sekarang bisa terealisasikan. Itupun hasil minjem. Keinginan buat beli sendiri sebenarnya sudah ada, apalagi setelah dicetak ulang dengan cover baru yang sungguh membuat mata saya berbinar-binar, tapi belum kesampaian. *kenapa malah curhat gini?

Autumn in Paris, saya memilih buku ini untuk dibaca terlebih dahulu karena satu alasan yang pasti. Warnanya. Orange. Warna favorit saya. Warna yang membuat saya excited. Karena itu, saya merasa buku ini akan memberikan kisah manis dan romantis. Yes, as always, I didn't read the blurb

Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu. 

Walaupun di Epilog, ada kesan kelam, namun dari awal bab hingga pertengahan buku, kisah Tara dan Tatsuya ini sungguh manis. Kedekatan mereka yang diawali dengan kebetulan tidak terkesan dipaksakan dan berjalan mulus.

Baru kemudian saya menyadari kalau happy ending yang saya harapkan hanyalah ilusi.
Ya, bagi kalian yang dengan bodohnya tidak membaca sinopsis dan mengharapkan akhir yang indah, jangan membaca buku ini.

Setelah sekian lama gak baca romance, kenapa saya harus mendapatkan buku yang menyesakkan dada begini?

Kata-kata yang dirangkaikan dalam novel entah kenapa terasa begitu dalam dan menyentuh.
Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.
Apalagi surat-surat yang dikirimkan Tatsuya ke acara radio. Setiap kata begitu tulus. Pantas saja kalau Tatsuya jadi banyak fans gara-gara surat itu.

Penggambaran kota Parisnya membuat saya yang cinta Jepang ini langsung tertarik pergi ke sana. Apalagi akhir-akhir ini timeline path dan instagram saya dipenuhi dengan foto-foto kota Paris dan Eropa.

Terlepas dari cerita, saya suka pemilihan font-nya, kecil-kecil namun rapi. Saya memang suka jenis font seperti itu.

Well, karena buku ini memberikan berbagai cita rasa, saya beri ★★★★★ !





Yeay!

Ini dia pengumuman buat pemenang Giveaway yang akan mendapatkan masing-masing satu buah buku The Wind Leading to Love karya Ibuki-sensei.

Total peserta yang ikutan GA adalah 39 orang. Tapi sayang ada beberapa orang yang tidak mengikuti rules sepenuhnya. Jadi, saya terpaksa mengeluarkan beberapa nama dari daftar calon pemenang.

Pemenang yang saya pilih adalah yang mengikuti semua rules dan memberikan jawaban yang agak berbeda dibanding peserta lainnya menurut saya tentunya :P

Oh, ya. mengenai pertanyaan pada postingan sebelumnya.. Saya sebenarnya menunggu jawaban yang agak 'nakal' dari peserta.

Seperti, "Aku pengen balik ke masa kecil buat happy-happy bentar deh.. Abis itu balik lagi ke masa sekarang buat lanjutin perjuangan hidup!" Hihihi :3

Tapi ternyata kebanyakan menanggapi pertanyaannya dengan serius, ya? Hehe..

Oke.. inilah Pemenangnya :

1. Noer Anggadila
2. Etika Setya

Selamat, ya!

Pemenang akan saya hubungi via twitter untuk meminta alamat lengkap buat ngirimin hadiahnya.
Jika dalam 2x24jam tidak ada balasan, saya akan memilih pemenang lainnya.

Yang belum menang, jangan kecewa dulu. Semoga menang di blog lainnya!
Jangan lupa ikutan kuis FINALE juga.. :D
Judul : A Golden Web
Penulis: Barbara Quick
Penerjemah: Marina Masniari Lubis
Cetakan PertamaMaret 2011
Penerbit: Atria
Tebal: 274 halaman 
ISBN: 978-979-0244-72-4








Alessandra Giliani adalah seorang remaja berotak cemerlang. Kecintaannya terhadap literatur dan ilmu pengetahuan sangat besar. Sayangnya, dia seorang perempuan. Pada masa itu, kaum perempuan terhormat tidak berhak menjadi apa pun selain menjadi ibu rumah tangga atau biarawati.

Didorong oleh hasrat dan tekadnya yang sangat kuat, dia menempuh perjalanan berbahaya ke Bologna, untuk mewujudkan cita-citanya belajar ilmu kedokteran—meskipun harus menempuh bahaya dan menyamar sebagai seorang pemuda!

Dalam penyamaran di kota yang penuh mata-mata dan kaum cendekia itu, Alessandra menemukan cinta yang tidak pernah dia sangka-sangka. Meskipun aturan dan anggapan umum dalam masyarakat saat itu merendahkan kaumnya, dia berhasil membuktikan bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama bahkan terkadang melebihi kapasitas yang dimiliki kaum lelaki.

Dalam penggambaran hebat dari kisah yang sudah berusia berabad-abad tentang Alessandra Giliani, ahli anatomi perempuan pertama di dunia, penulis memberikan drama, romansa, dan detail sejarah yang kaya kepada para pembacanya mengenai tokoh utama perempuan yang tidak terlupakan—dan tidak dapat dilupakan.

Buku ini dapet minjem dari temen, bukan sengaja minjem karena emang pengen baca. Saya minjemnya random.
Sebenarnya mulai baca buku ini udah lama, beberapa bulan lalu, tapi bacanya gak kelar-kelar.

Bab awal buku ini buat saya agak membosankan karena bahasannya muter-muter soal Alessandra dan saudara-saudaranya. Baru di sekitar halaman 70 ceritanya mulai menarik minat baca saya kembali.


Kisah Alessandra yang berjuang demi kecintaannya pada ilmu kedokteran ini ternyata seru. Dan awal bab yang tadi saya katakan membosankan langsung hilang seketika hingga lembaran terakhir. Selain itu, saya jadi banyak dapat pengetahuan dari buku ini. Ternyata hidup para perempuan di masa Alessandra itu sulit, hidup mereka seperti sudah ditetapkan tanpa boleh memilih.

Bagaimana buku-buku dicetak, bagaimana pendistribusiannya, bahan-bahan yang dipakai menulis dan menggambar, hingga teknik-teknik pembelajaran ilmu kedokteran, semuanya ada dalam buku ini. Membacanya membuat saya merasa dibawa ke masa-masa itu.



Karakter favorit saya adalah, Nicco, kakak laki-laki Alessandra. Sosok kakak impian, mengajarkan hal-hal menarik, penyayang dan selalu melindungi.

Dari segi terjemahan, saya rasa agak kaku. Mungkin karena menyesuaikan penggunaan bahasa yang digunakan pada masa lalu, namun tetap bisa dinikmati kok.

Kisah ini menginspirasi tapi tidak menggurui.

Saya beri buat ★★★★☆ kisah menarik Alessandra!
Judul : The After Dinner Mysteries
Judul Asli : Nazotoki wa Dinner no Ato De (謎解きはディナーのあとで)
Penulis: Higashigawa Tokuya
Penerjemah: Khairun Nisak
Desain Cover : Yusuke Nakamura
Cetakan PertamaFebruari 2014
Penerbit: Haru 
Tebal: 380 halaman 
ISBN: 978-602-7742-36-9




“Menyelesaikan kasus sepele seperti ini saja tidak bisa, apakah Tuan Putri sebenarnya bego?”

Kenapa ada mayat bersepatu bot di kamar yang berlantai kayu? Kenapa ada racun dalam botol anggur yang masih tertutup rapat? Kenapa ada mayat yang tinggi badannya bisa menyusut?

Hosho Reiko adalah putri tunggal pemilik Grup Perusahaan Hosho yang kaya raya. Gadis ini harus menyelesaikan berbagai kasus pembunuhan yang misterius itu bersama atasannya, Komandan Kazamatsuri. Sialnya, Komandan Kazamatsuri ini tidak bisa diandalkan!

Reiko yang belum lama menjadi penyelidik di Kepolisian Kunitachi akhirnya hanya bisa mengeluh pada pelayannya, Kageyama. Namun, pelayan tampan ini justru mengejeknya habis-habisan. Tapi, mau bagaimana lagi…. Hanya Kageyama yang bisa memecahkan misteri kasus-kasus pembunuhan itu dengan analisis jitunya.

Nikmati tingkah konyol mereka dalam tujuh cerpen komedi detektif ini!


Hosho Reiko, 22 tahun, polisi detektif wanita yang menyembunyikan latar belakangnya sebagai anak tunggal seorang pengusaha kaya raya.

Komandan Kazamatsuri, 30 tahun, single, Komandan Kepolisian Kunitachi, seorang anak dari pengusaha perusahaan, yang dengan bangga memakai mobil jaguar mewah sebagai mobil patrolinya.

Kageyama, 30 tahun, pelayan pribadi Reiko yang punya kemampuan analisis luar biasa.

Bagaimana mereka bertiga menyelesaikan misteri kasus-kasus pembunuhan?

***

Salah satu novel Jepang yang diangkat menjadi Dorama, dari sekian banyak komentar soal Dorama-nya semua menyarakan untuk menontonnya. Tapi karena kebetulan nemu bukunya duluan, jadi saya baca bukunya dulu.

Mungkin karena ekspektasi tinggi dan mengira buku ini bakal ngasih kisah detektif menegangkan dan mencengangkan, saya sedikit kecewa. Buku ini berbeda dengan buku detektif-detektifan yang sebelumnya pernah saya baca karena pemecahan kasusnya yang terbilang cukup singkat.
Setelah membaca dua cerita awal, sebenarnya saya berharap pemecahan kasus dalam cerita berikutnya bakal berbeda tapi kembali saya kecewa.

Walau saya kecewa, bukan berarti isi bukunya gak bagus ya. Hanya memang ekspektasi saya yang mungkin ketinggian. ^.^v

Terlepas dari kekecewaan saya, 7 cerpen dalam buku ini lumayan menghibur soalnya emang genrenya komedi, ya. oke, saya baru tahu ini

Cerpen favorit saya, adalah cerpen ke 6, satu-satunya kasus yang penyelesaiannya agak berbeda, ya di cerpen ini. Dan bagian favorit saya dari keseluruhan buku adalah saat di mana Kageyama memberikan sindiran-sindiran tajam buat Reiko kemudian minta maaf dengan ekspresi yang sulit digambarkan. Gak kebayang deh, kalau saya yang berada di posisi Reiko, pasti nyebelin banget.

“Jangan-jangan mata Tuan Putri sebenarnya hanya lubang tak berguna?” – hal. 81

 Jadi, saya menyarankan buku ini buat yang menyukai kisah detektif yang tidak berat dengan sedikit bumbu komedi.

Dari segi teknis, saya menemukan typo. “Agu pigir gau sudah pergi..” di halaman 269. Seharusnya Aku pikir kau sudah pergi. Tapi entah ya, ini emang sengaja atau enggak karena ini adalah kalimat yang dikatakan oleh Reiko yang hamper menangis.

Buat cover-nya, kali ini Penerbit Haru sepertinya mengambil dari versi Jepangnya, karena desainnya sangat gak asing buat saya. selebihnya mengenai cover, akan saya bahas di bawah

Oke, ★★★☆☆ buat trio Tuan Putri, Pelayan dan Komandan Nyentrik.

***

[Tentang Cover dan Yusuke Nakamura]

Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home