[YUI17Melodies - Day 16] Pesan Tersembunyi

Aku baru saja tiba dari bandara. Orang pertama yang ingin ku temui adalah kamu. Namun, aku tidak lagi dapat melakukannya. Saat tiba di rumah mu. Tidak satu orang pun menyambutku. Bakhan kamu pun tidak. Semuanya sedang bersedih. Bersedih karena kepergian mu.

Aku memasuki ruang tengah rumahmu. Terlihat tubuhmu telah terbujur kaku diselimuti kain putih. Orang-orang mengelilingi mu sambil membacakan doa. Ibumu terlihat begitu rapuh dan terus menitikkan air mata. Sementara adik kecilmu memilin-milin kain yang menutupi tubuhmu. Mungkin dia belum memahami hal ini.

Saat melihatku, ibumu tersenyum tipis dan membolehkan ku untuk mendekati mu. Aku duduk tepat di sampingmu. Wajahmu terlihat lebih putih dari biasanya. Terlukis kebahagiaan di sana. Mungkin kamu lega karena bisa meninggalkan semua derita karena penyakit yang kamu alami semasa hidup.
***

Pemakaman mu  telah selesai. Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat peristirahatan terakhirmu dengan segera. Aku tidak bisa lama-lama. Aku takut aku akan menangis juga jika terlalu lama di sini. Saat aku akan memasuki mobil, ibumu memanggilku.

“Nak Raka, ini ada sesuatu.” Katanya sambil menyodorkan secarik kertas.

“Apa ini tante?”

“Ini surat yang ditulis Nina saat sedang kritis dan tidak sempat dikirim kepada mu.” Kata ibumu kemudian berlalu meninggalkanku.

Aku menatap kertas berwarna biru cerah yang ku pegang. Aku memasukkannya ke dalam saku kemeja. Dan berencana membacanya saat di rumah.
***

Raka, apa kabar? Bagaimana kabar di L.A? Apa kamu sudah dapat teman baru?
Kata dokter Serdi, kondisiku sudah semakin membaik. Jadi jangan mengkhawatirkanku ya!
Aku juga punya teman baru sekarang. Namanya Wini!  Dia menderita penyakit yang sama denganku. Setiap hari kami selalu mengobrol di taman rumah sakit. Aku jadi tidak kesepian lagi.
Raka di sana gak kesepian kan?
Aku akan selalu doain Raka biar kuliahnya sukses di sana.
Baik-baik ya~ :D
NINA

Isi surat dari mu begitu singkat. Namun sanggup menghancurkan tembok yang membendung air mataku. Aku menangis. Nina, kamu bagitu baik. Saat sedang kritis pun kamu masih memikirkan aku. Saat kondisi mu semakin buruk kamu masih saja mendoakan ku. Kamu juga berbohong tentang keadaanmu agar aku tidak mengkhawatirkan mu. Aku menjadi sedikit menyesal telah mengambil beasiswa itu dan memilih untuk meninggalkanmu.

Ku baca tulisan di atas kertas biru itu sekali lagi. Kali ini aku menyadari, ada sesuatu yang aneh pada tulisannya. Ada beberapa huruf yang sengaja ditebalkan. Aku mulai menyusun huruf-huruf itu dari atas.

PLEASE STAY WITH ME…

Apa itu yang sebenarnya ingin kamu sampaikan pada ku, Nina?

Aku menangis lagi. Aku merasakan perih di dadaku. Aku ingat kamu selalu tersenyum saat aku bilang aku akan pergi ke L.A untuk kuliah di sana. Kamu selalu mendukungku untuk tetap pergi ke sana. 

Inikah keinginanmu yang sebenarnya? Aku yang bodoh ini sungguh tidak menyadarinya.

Kali ini aku benar-benar menyesal telah meninggalkan mu. Kali ini aku benar-benar menyesal karena tidak di samping mu. Bahkan di saat-saat terakhirmu…
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment